Senin, 19 Januari 2009

Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Disusun Oleh : Zulkarnaini. S. PdI

CONCEPT MAP
SEBAGAI TEKNIK
DESAIN MATA KULIAH
1. Pendahuluan
Bab ini menguraikan suatu teknik alternatif dalam mengorganisasikan materi (contens) perkuliahan yang bertolak pada asumsi sebagai berikut :
1. Dosen adalah seorang ahli (ekspert) dalam mata kuliah tertentu (ekspertise-based teacher),
2. Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan dimensi yang tidak pernah berhenti,
3. Kurikulum atau sillabus perguruan tinggi relatif bersifat terbuka yang harus selalu menjawab perubahan atau perkembangan visi misi dan mandat perguruan tinggi tertentu; dan ia harus selalu diterjemahkan kedalam sebuah sillabus,
4. Pembelajar adalah orang dewasa yang seharusnya dilayani dengan pendekatan yang andragogis.
Materi mata kuliah atau contents adalah salah satu unsur penting dan keempat elemen desain mata kuliah dari tiga unsur lainnya, yaitu tujuan pembelajaran (learning objectivities), strategi pembelajaran (instructional strategies), dan penilaian (evalution) seyogianya dilandaskan pada konsep exspertise-based teaching, yaitu pengajaran berdasarkan keahlian atau disiplin ilmu. Pembelajaran pada pendidikan tinggi menuntut seorang dosen untuk menjadi ahli dibidangnya (specialized) dan menguasai bidang disiplin ilmunya (mastered).
Keahlian tersebut harus dibangun secara instensional melalui tradisi akademis, seperti menelaah perkembangan bidang keahliannya (specialization) melalui berbagai publikasi, seperti buku, jurnal, dan artikel. Para dosen itu juga harus aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti konferensi, seminar, diskusi, konsersium, dan pelatihan-pelatihan.
Disamping itu, seorang dosen harus melakukan penelitian-penelitian ilmiah dalam disiplin keahliannya sebagai tindakan aplikatif dari tugas-tugas akademisnya, kemudian ia berusaha untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian itu dalam jurnal-jurnal ilmiah sebagai bukti upaya membangun kompotensi akademis yang paling terdepan.

2. Teori Concept Map
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan teknik narasi dalam mendesain materi kuliah dan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berdasarkan konsep expertise based-teaching, teknik concept map atau peta konsep adalah alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk peta (gambar) secara holistik, interelasi, dan komprehensif. Konsep itu akan meletakkan dosen sebagai seorang ahli dalam disiplinnya (exspertise based-teacher) dan meletakkan seorang dosen lebih naturalistik pada tabiatnya, yaitu seorang “raja” pada wilayah kajiannya; dan ia bukan seorang “prajurit”.
Dalam konteks pengorganisasian materi perkuliahan guna persiapan mengajar satu semester , concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur pengetahuan para dosen dalam merencanakan materi perkuliahan (Kim Fraser, 1996). Desain contents berdasarkan concept map memiliki karakteristik khas. Pertama, hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama), Kedua. Memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lain, Ketiga, memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep, Keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi-materi perkuliahan penting.
Concept map sebagai satu teknik telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan tinggi lebih dari tiga puluh tahun. Teknik concept map diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumpition) dari David P. Ausubel, yang menyatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan kedalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses belajar terjadi bila mahasiswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru (Ausubel, 1963).
Berdasarkan dengan mendesain contens, teknik concept map memberikan sejumlah keuntungan, yaitu sebagai berikut :
a. Concept map, sesuai dengan tabiatnya, memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur didalam brain dosen kedalam kertas kerja yang dapat dilihat secara emperis.
b. Gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain, mungking linier, vertikal, satu arah, dua arah, atau dua arah yang bertolak belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan instensif atau garis terputus-putus yang menunjukkan hubungan yang jarang.
c. Concept map memberikan bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain, baik utama atau pendukung.

3. Desain Contents Dengan Teknik Concept Map
Setelah mendapatkan informasi dan jawaban-jawaban kongkrit dari butir-butir pertanyaan diatas tentang mata kuliah yang telah ditetapkan seorang dosen untuk mendesain mata kuliah, ia telah beruntung dalam pembuatan satu concept map materi-materi perkuliahan itu secara komprehensif. Untuk mengorganisasikan materi yang akan dikuliahkan didalam kelas berdasarkan teknik concept map, ada beberapa langkah prosedural penting yang saling berurutan. Proses itu mutlak harus dilakukan secara bertahap, tanpa ada yang ditinggalkan guna mendapatkan suatu hasil yang komprehensif. Sebagai contoh, ikutilah petunjuk-petunjuk berikut ini :
1. Lakukan brainstorming sebanyak-banyaknya terhadap materi-materi yang akan anda ajarkan dalam satu semester, setelah memperoleh 15 – 20 kata atau frase, anda berhenti,
2. Lakukan penyortiran atau penyeleksian konsep-konsep untuk mendapatkan beberapa konsep pokok dari konsep penunjang, setelah anda peroleh 10 – 15 kata atau frase anda berhenti,
3. Tuliskan setiap konsep pokok diatas secarik kertas,
4. Susunlah potongan-potongan kertas yang bertuliskan konsep-konsep pokok,
5. Pindahkan gambar concept map yang telah anda buat (dalam langkah ke 4) pada selembar kertas,
6. Hubungan konsep tersebut dengan garis-garis penghubung untuk menunjukkan hubungan antara konsep-konsep tersebut,
7. Berikan label atau nama pada tanda panah/garis yang berhubungan dengan satu kata yang jelas (biasanya dengan kata kerja).
Hasil 1 – 7 adalah draft pertama peta konsep mata kuliah anda. Selanjutnya, anda melakukan proses perbaikan terhadap peta konsep itu dengan melalui proses evaluasi dan feedback dari teman dari satu rumpun mata kuliah, kemudian dari luar rumpun mata kuliah, bahkan dari orang awam sekalipun.

4. Pembuatan Time Line (Jadwal Perkuliahan)
Setelah mendapatkan feedback dan kritik serta saran dari berbagai pihak, khususnya kolega yang mengajarkan mata kuliah satu rumpun atas concept map mata kuliahnya, dan dosen sudah merasa puas serta yakin akan keseluruhan isi concept map sebagai perwujudan impiannya kepada mahasiswa, selanjutnya ia membuat satu time-line (jadwal perkuliahan) untuk satu semester. Time-Line ini berupa satu jadwal yang berisi satu rangkaian pertemuan yang berjumlah kurang lebih 15 kali pertemuan untuk 2 SKS. Dalam Time-Line itu, dosen dapat menguraikan konsep-konsep yang akan diajarkan dalam bentuk naratif singkat, padat, dan jelas, atau kedalam topik-topik yang mudah ditangkap mahasiswa sebagai konsep besar.
Ada yang perlu diingat berkenaan dengan penjadwalan materi (time-line) yaitu sebagai berikut :
a. Penjadwalan materi kuliah sesuai dengan rencana kalender akademik yang akan diberlakukan diperguruan tinggi
b. Seluruh konsep-konsep yang tertera di dalam concept map harus tertera dalam time-line, sesuai dengan bobot informasi yang ada dalam setiap butir konsep.
c. Penjadwalan rangkaian materi perkuliahan sangat bergantung pada tabiat setiap materi kuliah, disamping pertimbangan struktur ilmu pengetahuannya.
d. Kemungkinan adanya hari libur nasional.
e. Kemungkinan adanya kegiatan kampus yang melibatkan seluruh civitas akademika.
Selanjutnya dosen diminta membuat satu time-line atau jadwal rencana perkuliahan untuk mata kuliah yang diajarkan dengan memperhatikan butir-butir penting diatas. Untuk memberikan gambaran konkret, berikut ini contoh untuk mata kuliah Pengantar Theology Islam yang telah di desain dalam peta konsep, seperti tersebut diatas untuk semester genap tahun ajaran 2003/2004 :








Tanggal
Materi Pembahasan
04-02-2003
11-02-2003

18-02-2003

25-02-2003

04-03-2003
11-03-2003
18-03-2003
25-03-2003


01-04-2003

08-04-2003



15-04-2003

22-04-2003

29-04-2003

06-05-2003
13-05-2003
20-05-2003
27-05-2003
03-06-2003
10-06-2003
Intro (pengantar) untuk mata kuliah dan kontrak kuliah
Konsep perbuatan manusia dan Tuhan dalam peristiwa perjanjian Ali dan Mu’awiyah
Reaksi faham Khawarij terhadap perbuatan manusia dan hubungannya dengan kekuasaan Tuhan
Respon Murji’ah atas konsep Khawarij tentang dosa besar dan kekuasaan Tuhan
Dasar-dasar Theology Mu’tazilah dan Usul Al-Khamsah
Konsep Mu’tazilah tentang perbuatan manusia dan Tuhan
Konsep Qadariah tentang Free Will dan Predistination
Konsep Jabariyah terhadap kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan

MIDLE TEST OF SEMESTER

Konsep Asy-‘ariyah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan (chapter one)
Konsep Asy-‘ariyah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan (chapter two)
Konsep Ahlus sunnah wa al-jama’ah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan (chapter one)
Konsep Ahlus sunnah wa al-jama’ah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan (chapter two)
Konsep Ahlus sunnah wa al-jama’ah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Tuhan (chapter three)
Syi’ah (chapter one)
Syi’ah Isma’iliah (chapter two)
Syi’ah Itsna Asy-‘ariyah (chapter three)
UJIAN AKHIR SEMESTER
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------

5. Kelebihan dan Kelemahan Desain Teknik Naratif
Berdasarkan pada asumsi kompetensi keahlian (diciplin based-teacher), para dosen diharapkan mampu mengajarkan keahliannya itu kepada mahasiswa. Dalam proses ini, kompetensi para dosen harus disertai dengan sejauhmana mampu mengorganisasikan materi-materi perkuliahan secara komprehensif. Pengorganisasian materi perkuliahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara.

6. Karakteristik Concept Map
Concept Map memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :
a. Biasanya berstruktur hirarkis, dengan lebih inklusif, konsep-konsep general terletak pada bagian atas, kemudian kurang inklusif, konsep-konsep khusus diletakkan pada bagian bawah peta,
b. Kata-kata yang berhubungan, selalu ada diatas garis-garis yang menghubungkan konsep-konsep,
c. Concept Map mengalir dari atas bawah halaman. Tanda panah digunakan untuk menunjukkan arah hubungan,
d. Concept Map adalah representasi atau gambaran pemahaman seseorang tentang sebuah masalah (mata kuliah, atau topik persoalan),
e. Kekuatan Concept Map berasal dari inter-koneksi di antara dan antara konsep-konsep,
f. Perasaan seseorang mungkin terekspresikan kedalam sebuah Concept Map dengan memasukkan konsep-konsep yang bernada empatis tentang sebuah konsep atau perasaan tidak suka terhadap sebuah konsep, atau perasaan stress (seperti ketakutan, kemarahan, kesenangan, ketertekanan, dan lain-lain).

7. Urgensi Concept Map
Ada beberapa urgensi Concept Map ditinjau dari beberapa kepentingan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Concept Map merupakan representasi secara visual ide-ide kunci yang berhubungan. Artinya Concept Map merupakan bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan.
2. Concept Map mampu menunjukkan arti hubungan-hubungan dalam bentuk label.
3. Concept Map dapat digunakan untuk memperkenalkan mata kuliah. Artinya ia bisa digunakan oleh dosen untuk memperkenalkan mata kuliahnya secara utuh dalam satu lembar dalam bentuk gambar dan dalam satu waktu yang sama.
4. Concept Map dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pemilihan urutan materi perkuliahan.
5. Concept Map dapat digunakan sebagai satu panduan proses pembelajaran materi-materi perkuliahan, sehingga menjaga tidak terjadi kesesatan penyampaian materi perkuliahan.
6. Concept Map dapat membuat transisi antar unit materi-materi perkuliahan.
7. Concept Map dapat berperan untuk meringkas materi kuliah karena Concept Map hanya menunjukkan butir-butir penting materi perkuliahan.
8. Concept Map juga dapat sebagai alat pertimbangan dalam pemilihan strategi-strategi pembelajaran yang tepat.


TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Pendahuluan
Jika anda dan keluarga ingin mengadakan suatu perjalanan, apa yang akan anda lakukan? Tentu banyak hal yang harus anda persiapkan. Akan tetapi, yang paling utama adalah menjawab pertanyaan kemana anda akan melakukan perjalanan itu?
Jawaban kemana itu adalah tujuan yang kemudian akan menjadi pertimbangan utama pada pertanyaan berikutnya. Misalnya, bagaimana cara untuk dapat sampai kesana, dengan sarana apa, membawa apa, dll.
Setiap aktivitas kehidupan harus mempunyai tujuan. Tanpa tujuan, seseorang akan terombang-ambing dalam kehidupannya. Tujuan adalah arah sasaran yang akan dicapai yang sekaligus menjadi pedoman bagi seseorang yang melakukan aktivitas. Bagi kegiatan yang terorganisasi, seperti pada organisasi dan lembaga-lembaga formil, baik swasta maupun pemerintah, tujuan harus betul-betul terumus dengan jelas, realistis, sistematis dan logis.

2. Pengertian Tujuan Pembelajaran (Learning Objectives)
Learning Objectives (LO) adalah istilah yang menggabungkan dua kata, yaitu kata “learning” yang berarti “belajar” atau pembelajaran, dan kata “objectives” yang berati “tujuan” . Secara harfiah istilah itu berarti “tujuan belajar”, sedangkan menurut istilah adalah sebagai berikut.
Cranton mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan dari peserta setelah selesai pembelajaran (Cranton, 1989).
Sementara itu, Mager dalam bukunya “Preparing Instructional Objectives” menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah gambaran kemampuan mahasiswa yang menunjukkan kinerja yang diinginkan yang sebelumnya mereka tidak mampu.
Dalam pembahasan berikut ini, istilah yang digunakan adalah learning objectives (LO) yaitu pernyataan yang mengambarkan hasil belajar yang akan dicapai oleh mahasiswa setelah melalui proses pembelajaran dalam satu semester, meskipun LO dibuat untuk satu semester, tetapi tidak berarti pernyataan itu dibuat bersifat general (tidak operasional). Akan tetapi sifat spesifik itu tidaklah berarti seperti apa yang ada dalam TIK atau TPK yang hanya menggambarkan tujuan untuk satu kali tatap muka. Satu hal yang harus diperhatikan bahwa LO itu seharusnya bersifat content-free, maksudnya dalam menyusun LO jangan hanya mengambil dari topik materi yang ada dalam silabus yang mencakup pokok bahasan satu kali tatap muka. Contoh LO yang berorientasi pada contens adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian dari hati.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian dari paru-paru.
c. Mahasiswa mampu menggambarkan fungsi-fungsi hati.
d. Mahasiswa mampu menggambarkan fungsi-fungsi paru-paru.
Keempat LO diatas dapat diformulasikan menjadi dua LO yang lebih general, yaitu sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian dari struktur yang diberikan.
b. Mahasiswa mampu menggambarkan fungsi-fungsi dari struktur yang diberikan.
Dua pernyataan itu menggambarkan dengan jelas tentang tipe kinerja yang harus didemonstrasikan oleh mahasiswa. Namun, ia tidak terikat secara langsung dengan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti pada empat contoh sebelumnya. Keuntungan dari pernyataan bebas materi (content free) yaitu dapat digunakan beberapa unit pembelajaran. Oleh sebab itu, LO dalam konteks ini tidak mengenal istilah umum dan khusus.
3. Alasan Perlunya Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Buku manual workshop penguatan mengajar mengemukakan empat dasar pemikiran yang berkaitan dengan mengapa harus merumuskan tujuan belajar, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk memfokuskan pengajar terhadap apa yang seharusnya diajarkan
b. Untuk memfokuskan mahasiswa terhadap apa yang harus dipelajari
c. Untuk menentukan metode yang lebih cocok untuk pengajaran
d. Untuk memfokuskan bahan ujian dan membantu pemilihan tes atau item tes yang terbaik yang akan menggambarkan tujuan dari pelaksanaan pembelajaran.
Berkaitan dengan itu, Mager mengemukakan tiga alasan pokok mengapa objective itu penting, yaitu sebagai berikut :
a) Dasar perencanaan bagi mata kuliah
Jika tujuan (objectives) tidak ada, maka tidak ada dasar yang kuat untuk pemilihan atau perancangan materi, muatan, dan metode pembelajaran. Jika anda sendiri tidak tau kemana akan pergi, bagaimana mungkin anda tau bagaimana caranya untuk sampai kesana?
b) Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi hasil
Alasan pokok kedua mengapa perlu adanya tujuan adalah untuk mengetahui apakah tujuan tersebut betul-betul tercapai. Jika anda sendiri tidak tau kemana akan pergi, bagaimana anda tau bahwa telah tiba.
c) Memberikan arah yang jelas bagi mahasiswa
Tujuan yang baik akan memberi tau kepada mahasiswa tentang apa yang sedang terjadi. Dengan tujuan yang jelas, mahasiswa akan lebih mudah berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Mereka tidak perlu meraba-raba apa yang diharapkan. Tujuan yang baik akan mengomunikasikan tujuan pembelajaran dengan cara menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1) Aspek kinerja; perilaku apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa?
2) Kondisi; berdasarkan kondisi apa, kinerja tersebut harus terjadi?
3) Kriteria; bagaimana seharusnya kualitas kinerja tersebut?
(Pendapat Mager tersebut dikutip dari buku The Art of Teaching Adults, Peter Renner, 1998:09)

4. Kegunaan Tujuan Pembelajaran Bagi Dosen dan Mahasiswa
Kegunaan tujuan pembelajaran penting dikemukakan disini agar dosen termotivasi untuk selalu memikirkan atau merumuskan tentang hasil belajar yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti suatu proses pembelajaran selama satu semester . Memang tidak semua tujuan pembelajaran harus dikemukakan dalam bentuk pernyataan, karena para pengajar bidang ilmu humanistik sering menemukan kesulitan dalam merumuskan secara tepat bentuk perilaku yang akan menjadi tujuan belajar. Meskipun demikian, pengajar harus tetap berusaha membuat tujuan belajar tersebut secara tertulis, minimal adanya perenungan tujuan belajar.
Tujuan pembelajaran akan membantu mahasiswa sebagai berikut :
1. Mengetahui harapan dosen secara jelas
2. Menjadi pedoman bagi fokus belajar
3. Mengetahui indikator-indikator yang jelas untuk mengukur keberhasilan.
Bagi dosen, tujuan pembelajaran akan membantu hal-hal sebagai berikut :
1. Proses perencanaan pembelajaran, seperti memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat, teknik pengukuran dan evaluasi yang benar.
2. Membuat feedback dan evaluasi menjadi sangat jelas dan terarah. Sebab, tujuan pembelajaran memberikan pernyataan yang jelas tentang apa yang akan dipelajari.
3. Tujuan pembelajaran adalah cara yang berguna untuk mengomunikasikan, tidak hanya bagi mahasiswa,tetapi juga bagi para dosen yang mengajar mata kuliah yang sama atau mata pelajaran lanjutan.
4. Memberikan sarana untuk mengukur sejauhmana belajar level tinggi dimasukkan dalam suatu desain mata kuliah.

5. Penggunaan Taksonomi Bloom Dalam Perumusan Tujuan Pembelajaran
Salah satu alat bantu yang sangat penting dalam merumuskan LO adalah Taksonomi tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom (1956) dan Krathwohl (1964). Taksonomi ini membuat klasifikasi tujuan pendidikan mirip dengan skema klasifikasi yang digunakan untuk binatang dan tanaman.
Taksonomi ini dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik. Ranah kognitif menekankan pada tujuan intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berpikir. Ranah afektif menekankan perasaah dan emosi. Seperti minat, sikap dan penghargaan. Adapun ranah psikomotorik lebih menekankan pada ketrampilan gerak fisik, seperti menari, menulis dan mengoperasikan mesin.
a) Ranah Kognitif
Tujuan pendidikan untuk ranah kognitif, menurut Bloom dibagi atas enam tingkatan secara berurutan. Belajar pada tingkat yang lebih tinggi tergantung kepada capaian ketrampilan dan kemampuan dari level yang sebelumnya.

BLOOM’S TAXONOMY
KOGNITIF
Kurang Sulit
(sederhana)
> Pengetahuan
> Pemahaman
> Penerapan
> Analisis
> Sintesis
> Evaluasi
Lebih Sulit

1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang telah dipelajari. Hal ini meliputi ingatan terhadap jumlah materi yang banyak, dari fakta yang khusus higga teori-teori yang lengkap. Namun, yang dikehendaki disini ialah menyampaikan informasi yang tepat kedalam pikiran. Level pengetahuan adalah level hasil belajar yang paling rendah dalam tataran ranah kognitif.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hal itu dapat diperlihatkan dengan cara :
> Menerjemahkan bahan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain
> Menafsirkan bahan
> Mengistimasi trend masa depan (seperti memprediksi konsekuensi atau pengaruh)
Hasil pembelajaran untuk level ini satu langkah lebih tinggi dari sekedar hafalan; dan level ini merupakan tingkat pemahaman yang pang rendah.
3) Penerapan (application)
Penerapan yang dimaksud menunjuk pada kemampuan menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan kongkret. Hal ini meliputi hal-hal seperti : penerapan aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori. Hasil pembelajaran level ini menuntut tingkat pemahaman yang lebih tinggi dari kedua level sebelumnya.
4) Analisis (analysis)
Analisis menuntut suatu kemampuan memilah-milah suatu bahan pada bagian komponennya sehingga struktur bahan tersebut dapat dipahami. Hal ini meliputi identifikasi bagian-bagiannya, analisis antara bagian-bagian itu, dan pengenalan terhadap prinsip-prinsip pengorganisasian unsur yang terkait. Level ini lebih tinggi dari level pemahaman dan penerapan, karena level ini menuntut dua pemahaman sekaligus yaitu pemahaman terhadap isi dan bentuk struktur materi.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun atau menyatukan bagian-bagian untuk membentuk pola baru. Termasuk dalam katagori level ini adalah bentuk komunikasi yang unik, rancangan operasional atau skema yang mengklasifikasikan informasi. Hasil belajar level ini menekankan pada perilaku kreatif, dengan kekhususan pembentukan pola baru dari suatu struktur.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merujuk ada kemampuan untuk memutuskan nilai suatu materi untuk suatu tujuan yang telah ditentukan. Putusan-putusan tersebut tentu saja harus didasari kriteria yang pasti. Kriteria tersebut bisa berupa internal (pengorganisasian) atau eksternal (relevansinya dengan tujuan), dan mahasiswa bisa menentukan kriteria sendiri. Hasil belajar level ini adalah level yang paling tinggi dari ranah kognitif karena mengandung semua unsur dari level sebelumya ditambah dengan penerapan nilai secara sadar yang didasari kriteria pasti.

b) Ranah afektif
Ranah afektif ini dibagi menjadi lima level belajar. Hirarki level ranah afektif ini kurang jelas dibanding dengan ranah kognitif.

BLOOM’S TAXONOMY
Affective
Kurang Sulit
(sederhana)
* Penerimaan
* Partisipasi
* Penentuan Sikap
* Organisasi
* Pembentukan Pola Hidup
Lebih Sulit

1) Penerimaan (receiving)
Penerimaan menunjuk pada kesediaan mahasiswa untuk mengikuti fenomena atau stimulasi tertentu, seperti kegiatan didalam kelas, buku teks, musik, dan lain-lain. Dari aspek pengajaran, penerimaan ini dapat dilihat dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengarahkan oerhatian mahasiswa. Hasil belajar pada level bergerak dari kesadaran yang sederhana sampai pada perhatian tertentu.
2) Partisipasi (responding)
Partisipasi menunjukkan pada partisipasi aktif dari mahasiswa. Pada level ini mahasiswa tidak hanya hadir dan memperhatikan, tetapi juga memberi reaksi. Hasil belajar ada level ini menekankan pada kesiapan dalam memberi respon, seperti membaca materi yang ditugaskan, kesukarelaan dalam merespon atau merasa senang dalam memberi respon. Lebih tinggi dari level ini ialah apa yang disebut dengan minat.
3) Penetuan Sikap (value)
Level ini berhubungan dengan nilai yang melekat pada mahasiswa terhadap suatu objek, fenomena atau tingkah laku. Level ini bergerak dari penerimaan yang paling rendah pada suatu nilai sampai pada level komitmenyang lebih kompleks. Penilaian itu didasari pada internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu, tetapi tanda-tanda dari nilai itu terlihat pada perilaku mahasiswa yang nyata. Hasil belajar pada level ini-berkenaan dengan perilaku yang konsisten dan stabil dalam membuat nilai-dapat diidentifikasikan secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, kondisi ini sering disebut dengan istilah sikap dan penghargaan.

4) Organisasi (organization)
Yang dimaksud dengan organisasi disini ialah menggabungkan beberapa nilai yang berbeda-beda, menyelesaikan komplik diantara nilai-nilai tersebut, serta membangun sistem nilai yang konsisten secara internal. Oleh karena itu, penekanannya pada membandingkan, menghubungkan, dan mensintesiskan nilai-nilai itu. Hasil belajar untuk level ini berkenaan dengan konseptualisasi nilai (seperti mengenal tanggung jawab setiap individu untuk meningkatkan hubungan kemanusiaan) atau pengorganisasian sistem nilai (seperti mengembangkan rencana pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhan kehidupan ekonomi dan pengabdian masarakat). Dalam tujuan pembelajaran dikenal istilah pengembagan falsafah hidup.

5) Pembentukan Pola (characterization by a value or a value complex)
Pada level ini, seseorang sudah mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang cukup lama sehingga membentuknya menjadi sebuah karakter gaya hidup. Oleh karena itu, perilakunya bersifat perpasif, konsisten dan dapat diprediksi. Hasil belajar pada level ini meliputi rentang aktivitas yang banyak, tetapi yang pokok dapat terlihat pada perilaku yang sudah menjadi tipikal atau karakternya. Dalam LO dikenal dengan pola umum tentang kemampuan menyesuaikan (pribadi, masyarakat, dan emosi).








c) Ranah psikomotorik
Ranah psikomotor yang menonjolkan pada gerakan-gerakan jasmaniah, secara hirarki dibagi atas tujuh tingkatan sebagai berikut :

BLOMM’S TAXONOMY
Psikomotor
Kurang Sulit
(sederhana)
* Perpespi
* Kesiapan
* Gerakan Terbimbing
* Gerakan Terbiasa
* Gerakan Kompleks
* Penyesuaian Pola Gerakan
* Kreativitas
Lebih Sulit


1) Persepsi (perception)
Level ini berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menagkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak. Katagori itu bergerak dari stimulus sensori (kesadaran terhadap stimulus) melalui pemilihan isyarat (pemilihan tugas yang relevan) hingga penerjemahan dari persepsi iyarat ke tindakan)

2) Kesiapan (set)
Level kesiapan ini menunjukkan pada kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu. Katagori ini meliputi perangkat mental (kesiapan mental untuk bertindak), perangkat emosi (kesediaan bertindak). Persepsi terhadap isyarat menempati prasyarat yang penting untuk level ini.

3) Gerakan Terbimbing (guided response)
Level gerakan terbimbing merupakan tahapan awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks. Hal itu meliputi peniruan (mengulang suatu perbutan yang telah didemonstrasikan oleh instruktur) dan trail and error (menggunakan pendekatan ragam respon untuk mengidentifikasikan respon yang tepat). Kelayakan kerja dinilai oleh instruktur atau oleh seperangkat kriteria yang cocok.

4) Gerakan Terbiasa (mechanism)
Level gerakan ini berkenaan dengan kinerja dimana respon mahasiswa telah menjadi terbiasa dan gerakan-gerakan dilakukan dengan penuh keyakinan dan kecakapan. Hasil belajar level ini berkenaan dengan ketrampilan berbagai tipe kinerja, tetapi tingkat kompleksitas gerakannya lebih rendah dari level berikutnya.

5) Gerakan Kompleks (complex overt response)
Level ini merupakan gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang sangat kompleks. Keahliannya terindikasi dengan gerakan yang cepat, lancar, akurat, dan menghabiskan energi yang minimum. Katagori ini meliputi kemantapan gerakan (gerakan tanpa keraguan) dan gerakan otomatik (gerakan dilakukan dengan rileks dan kontrol otot yang bagus).

6) Gerakan Pola Penyesuaian (adaptation)
Level keenam ini berkenaan dengan ketrampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga seorang dapat memodivikasi pola-pola gerakan un tuk menyesuaikan tuntutan tertentu atau situasi tertentu.

7) Kreativitas (origination)
Level terakhir ini menunjuk kepada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk menyesuaikan situasi tertentu atau problem khusus. Hasil belajar untuk level ini menekankan kreativitas berdasarkan pada ketrampilan yang sangat hebat.

6. Komponen Tujuan Pembelajaran
Prof. Dr. Atwi Sutardi dalam bukunya Desain Intructional mengemukakan empat komponen yang perlu diperhatikan dalam merumuskan formulasi tujuan pembelajaran yaitu :


1) Audience
Yang dimaksud dengan audience disini ialah peserta didik atau partisipan pelatihan. Ketika merumuskan LO perlu diperhatikan dan dipertimbangkan keadaan peserta didik/training atau mahasiswa yang akan mengikuti pembelajaran: apakah pesertanta tingkat SLTP dan SLTA atau tingkat perguruan tinggi? Jika tingkat pada perguruan tinggi, untuk semester berapa? Pertanyaan lain, yaitu apakan mayoritas pesertanya orang dewasa, dan lain-lain pertanyaan yang terkait dengan keadaan pesrta didik.

2) Behavior
Ada sebahagian buku yang menggunakan istilah behavior (tingkah laku) dan ada juga yang menggunakan istilah kinerjance (perilaku). Kedua istilah tersebut pada prinsipnya sama, yakni sama-sama dilambangkan dengan kata kerja yang menunjukkan perbuatan (action). Oleh karena itu, yang penting ialah memilih dan menentukan kata kerja operasional yang melambangkan tingkah laku/perilaku yang akan dikuasai oleh mahasiswa setelah selesai proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku harus dapat diobservasi oleh orang lain serta dapat diukur dengan suatu alat evaluasi.. Adapun kata-kata kerja operasional misalnya : menyebutkan, menerjemahkan, menjawab, mengoperasionalkan, dan lain-lain. Pada akhir bab ini akan dikemukakan secara lengkap kata-kata operasional berikut.

3) Condition
Condition atau kondisi ialah suatu keadaan yang menggambarkan batasan yang digunakan dalam mengevaluasi perubahan tingkah laku.Jadi rumusan LO harus mencantumkan kondisi tersebut. Misalnya sebagai berikut :
a. Dengan diberikan gambar bunga, mahasiswa akan mampu ...
b. Dengan diberikan peta Pulau Kalimantan, mahasiswa akan mampu ...
c. Dengan menyaksikan pertunjukan tari, mahasiswa akan mampu ...

4) Degree atau Standar
Degree atau standar adalah gambaran kualitas atau kuantitas tingkat perubahan yang diharapkan akan dicapai oleh mahasiswa setelah selesai proses pembelajaran pada setiap unit atau pada akhir semester. Agar dapapr gambaran yang jelas tentang tingkatan perubahan tingkah laku tersebut, degree perlu dicantumkan pada rumusan LO. Contoh degree atau standar ialah :
* Paling sedikit 80 %
* Minimal 3 dari 5 komponen
Pada sebagian pelajaran haya menyebut tiga komponen saja, yaitu :
* tingkah laku atau kinerja
* kondisi, dan
* standar perilaku
Perlu juga dikemukakan disini bahwa khusus untuk dua komponen yang terakhir (kondisi dan degree), tidak semua pakar pembelajaran sepakat tentang keharusan mencantumkannya pada rumusan pembelajaran. Norman E. Gronlund dari University of Illinois, dalam bukunya How to Write and Use Instructional Objectives, menjelaskan bahwa pencantuman dua komponen pada LO hanya berguna pada pembelajaran yang terprogram dan untuk testing penguasaan pada program pelatihan yang sederhana.

7. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Perumusan LO
Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh mereka yang merancang tujuan pembelajaran. Kesalahan tersebut ialah sebagai berikut :
1. Rumusan LO hanya berorientasi pada kinerja dosen, bukan pada kinerja mahasiswa, seperti :
a. Meningkat kemampuan mahasiswa
b. Menanamkan rasa simpati mahasiswa
2. Rumusan LO hanya menunjukkan proses belajar, bukan hasil belajar mahasiswa, seperti :
a. Memperoleh pengetahuan tentang teknik mengajar
b. Mempelajari metodologi penulisan ilmiah
3. Rumusan LO hanya merupakan daftar topik-topik pelajaran yang ada pada silabus, seperti :
a. Mempelajari bahasa Indonesia sebagai media komunikasi
b. Menjelaskan pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
4. Rumusan LO hanya berusaha menggabungkan lebih dari satu tipe belajar, seperti :
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip penulisan ilmiah
b. Memahami dan mengaplikasikan tehnik-tehnik penulisan ilmiah

KLASIFIKASI KATA KERJA UNTUK TAXONOMI BLOOM

1. Ranah Kognitif

L e v e l
Kemampuan Umum
Kata Kerja Operasional
Pengetahuan
Mengetahui istilah umum
Mengetahui fakta khusus
Mengetahui metode
Mengetahui konsep dasar
Mengetahui prinsip/aturan
Mendefinisikan, menggambarkan, menunjukkan, mengidentifikasi, memberi nama/label, menyusun daftar, memilih, menyatakan, membuat outline
Pemahaman
Memahami fakta-fakta
Memahami prinsip-prinsip
Menafsirkan bahan tertulis
Menerjemahkan
Memperkirakan akibat
Mengubah, mempertahankan, menjelaskan, memberikan contoh, meringkas, memprediksi, menyimpulkan, menyalin ulang, menggeneralisasi, memperluas
Penerapan
Menerapkan konsep dan prinsip pada situasi baru,
Memecahkan problem,
Mengkunstruksi chart dan grafik,
Menerapkan hukum dan teori kedunia praktis,
Mendemonstrasikan penggunaan metode dan prosedur yang benar
Mengubah, menjumlah, mendemonstrasikan, menemukan, memodifikasi, mengoperasikan, menyiapkan, menunjukkan, menggunakan, menghubungkan, menghasilkan, memprediksi
Analisis
Mengenali asumsi tersirat
Mengenali kesalahan nalar
Membedakan antara fakta dan penafsiran
Menilai relevansi data
Menganalisis struktur kerja (seni, musik, tulisan)
Memilah-milah, membuatm diagram, menunjukkan perbedaan, menyimpulkan, memilih, membandingkan, membuat ilustrasi, menyisihkan, mengklasifikasi
Sintesis
Menyusun tema tulisan secara baik
Menyampaikan pidato secara baik
Menulis cerita pendek yang kreatif
Menyusun (proposal, rencana kerja dan skema)
Mengintegrasikan hasil pembelajaran dalam problem solving
Membuat katagorisasi, mengombinasikan, menghimpun, menyusun, merancang, menghasilkan, mengorganisasikan, memperbaiki, merekonstruksi, memodifikasi, menghubungkan
Evaluasi
Menetapkan konsistensi logis dari bahan tertulis
Menetapkan kelayakan berdasarkan data
Menetapkan nilai kerja berdasarkan kriteria internal
Menetapkan nilai kerja berdasarkan standar eksternal yang ekselent
Membandingkan, menyimpulkan, mengontraskan, menjelaskan, menafsirkan, menghargai, mendukung, menjustifikasi, mengkritik, mendukung, menggambarkan, menyisihkan

2. Ranah Afektif

L e v e l
Kemampuan Umum
Kata Kerja Operasional
Penerimaan
Mendengarkan dengan perhatian
Menunjukka kesadaran tentang pentingnya belajar
Menunjukkan sensitifitas pada problem sosial
Menerima peredaan ras dan kultur
Mengikuti ativitas belajar
Bertanya, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, menempatkan, menjawab, menunjukkan, duduk dengan tegak, menggunakan, memilah, memberi nama, mengidentifikasi, memegang
Partisipasi
Mematuhi peraturan sekolah
Menyelesaikan tugas rumah
Berpartisipasi pada diskusi pelajaran
Melakukan secara sukarela
Menunjukkan minat
Menolong orang lain dengan senang
Menjawab, menolong, mendiskusikan, memberi salam, membantu, menyelenggarakan, melakukan pelatihan, membaca, menceritakan, memilih, menampilkan
Penentuan Sikap
Mendemonstrasikan keyakinan dalam proses demokrasi
Menghargai literatur yang baik
Menghargai operan sains dalam kehidupan
Menunjukka perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
Mendemonstrasikan sikap problem solving
Mendemonstrasikan komitmen terhadap perbaikan sosial
Menyempurnakan, menggambarkan, menjelaskan, mengikuti, mengambil inisiatif, membentuk, mengundang, bergabung, menyampaikan usul, membedakan, melaporkan, berbagi rasa, belajar, bekerja
Organisasi
Mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
Mengakui peran perencanaan yang sistematis dalam problem solving
Bertanggung jawab terhadap tindakan
Memformulasikan perencanaan hidup sesuai dengan kemampuan, minat, dan keyakinan
Menganut, mengatur, mengubah, mengkombinasikan, membandingkan, menyepurnakan, mempertahankan, menjelaskan, mengidentifikasi, menghubungkan, menyiapkan, mensintesiskan, mengorganisasikan, mengintegrasikan
Pembentukan Pola Hidup
Menunjukkan kesadaran diri
Mendemonstrasikan kerja mandiri
Menggunakan pendekatan objektif dalam problem solving
Memilihara kebiasaan hidup sehat
Menerapkan pola kerjasama dalam kegiatan kelompok
Bertindak, membedakan, menunjukkanmempengaruhi, memodifikasi, melakukan, berlatih, menanyakan, merevisi, melayani, menyelesaikan, menggunakan, memeriksa, mengusulkan

3. Ranah Psikomotor

L e v e l
Kemampuan Umum
Kata Kerja Operasional
Persepsi
Mengenal kegagalan fungsi melalui suara mesin
Menghubungi musik dengan langkah tarian tertentu
Menghubungkan rasa makanan dengan bumbu yang diperlukan
Memilih, menggambarkan, mendeteksi, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, menghubungkan, memilah, memisahkan
Kesiapan
Mengetahui urutan langkah dalam memernis kayu
Mendemonstrasikan posisi tubuh yang tepat untuk memukul bola
Memperlihatkan hasrat untuk mengetik dengan efesien
Memulai, menjelaskan, menggerakkan, merespon, memberikan reaksi, mempertunjukkan, mengawali, meneruskan
Gerakan Terbimbing
Melakukan ayunan pukulan golf sebagaimana didemonstrasikan
Meniru, menetukan urutan yang terbaik untuk menyiapkan makanan
Menyusun, mempertunjukkan, memperbaiki, mengukur, mengikuti, memasang, membongkar, membuat sket
Gerakan Terbiasa
Menulis dengan lancar dan terang
Mendemonstrasikan gerakan dansa yang sederhana
Merangkai alat laboratorium
Daftar kata yang digunakan sama dengan gerakan daftar kata terbimbing
Gerakan Kompleks
Berketrampilan secara
* Lancar
* Luwes
* Sempurna

Daftar yang digunakan sama dengan daftar kata gerakan terbimbing
Penyesuaian Pola Gerakan
Menyesuaikan permainan tenis untuk mengcounter serangan musuh
Menyesuaikan diri...
Mengadaptasi, merubah, mengatur ulang, merevisi, membuat variasi, mengorganisasi ulang
Kreatifitas
Menciptakan gerakan tarian
Menciptakan komposisi musik
Merancang sesuatu yang baru
Mengatur, mengombinasikan, menyusun, mengontruksi, merancang, mencipta


MENETAPKAN STRATEGI

1. Pendahuluan
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan cara penyampaian materiatau strategi pembelajaran yang tepat. Hal itu agar materi dapat disampaikan sesuai dan selaras dengan tujuan yangtelah ditetapkan. Tujuan pembelajaran itu sangat berkaitan erat dengan strategi atau metode pembelajaran. Oleh karena itu, penetapan strategi merupakan suatu keharusan. Strategi pembelajaran yang tepat akan membina peserta didik (mahasiswa) untuk berfikir mandiri, kreatif dan sekaligus adaptif terhadap berbagai situasi yang terjadi dan mungkin terjadi.

2. Hakikat Mengajar
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengajar? Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang dapat menjawab pertanyaan itu karena setiap orang pernah dan melihat orang lain mengajar. Boleh jadi, jawaban setiap orang akan berbeda yang bergantung pada pengalaman ketika belajar, baik secara formal maupun informal, pengetahuan masing-masing tentang kegiatan tersebut.
Proses belajar mengajar konvensional umumnya berlangsung satu arah yang merupakan proses transfer atau pengalihan pengetahuan informasi, norma, nilai, dll dari seorang guru atau dosen kepada peserta didik, murid, atau mahasiswa. Proses seperti itu dibangun atas anggapan bahwa peserta didik ibarat bejana kosong atau kertas putih tersebut. Sistem seperti itu disebut bank system (Surjadi, 1983). Proses belajar mengajar dengan sistem itu dibangun oleh seperangkat asumsi berikut :

Pengajar (Guru/Dosen)
Peserta Didik
Pintar, serba tahu
Bodoh, serba tidak tahu
Mengajar
Diajar
Bertanya
Menjawab
Memerintah
Melakukan perintah
Kunci keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa adalah keterlibatan penuh, mereka sebagai warga belajar dalam proses pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud disini adalah “pengalaman” keterlibatan seluruh potensi dari warga belajar, mulai dari telinga, mata, hingga aktivitas dan mengalami langsung. Secara sepesifik John Dewey (dalam Cranton, 1992:5 – 6) menyebutkan bahwa pengetahuan dan belajar diperoleh melalui pengalaman, pengalaman tidak dapat digambarkan karena bukan sifat atau karakteristik, ia adalah kolektif berbagai peristiwa, interaksi dan pemikiran yang berbentuk secara unik. Dalam pengalaman juga terkandung berbagai perilaku, gagasan, dan perasaan. Oleh karena itu Dewey beranggapan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung seumur hidup (life long education).

3. Mengajar di Perguruan Tinggi
Setiap dosen memiliki pengalaman dan pemahaman yang berbeda tentang hakikat mengajar. Penelitian yang dilakukan oleh Margaret Balla, Gloria Dall’Alba, dan Elaine Martin di Melbourne, Australia, dan John Biggs di Hongkong dengan mewancarai para dosenmengambarkan belajr mengajar dalam disiplin mereka. Dalam studi tersebut, setidak-tidaknya memunculkan tiga cara memahami peran dosen diperguruan tinggi. Setiap cara itu memiliki implikasi terhadap bagaimana seharusnya mahasiswa belajar.


a) Belajar adalah menyampaikan
Sebagian besar dosen, baik secara eksplisit maupun implisit, mendifinisikan tugas belajar adalah menyampaikan materi yang otoritatif atau mendemontrasikan prosedur-prosedur. Pengetahuan yang akan disampaikan kepada mahasiswa pada tingkat ini dipandang sebagai sesuatu yang tidak problematik, berlawanan dengan pengetahuan yang dibangun didalam dunia penelitian dalam kajian yang lebih tinggi, seperti S2 atau S3. Materi perkuliahan dianggap sebagai sui generis dan pandangan seperti ini harus ditanamkan kepada mahasiswa.
Ada juga anggapan para dosen yang percaya terhadap keberadaan mahasiswa pintar dan mahasiswa lemah, yang menganggap bahwa kualitas belajar mahasiswa ditentukan oleh kemampuan dan kepribadian yang tidak bisa diubah melalui pengajaran.

b) Mengajar adalah megorganisir aktivitas mahasiswa
Diasumsikan bahwa ada seperangkat aturan tertentu yang mungkin dapat diaplikasikan secara sempurna untuk membuat mereka belajar. Hal ini yang mungkin tercakupi adalah cara-cara memotivasi mahasiswa sehingga mereka berada dalam kerangkam psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan; pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (“Kalau kamu tidak belajar, kamu tidak lulus”); tehnik mempromosikan diskusi dikelas dan proses mahasiswa yang menuntut untuk mengaitkan pengetahuan teoritis dengan pengalaman mereka, seperti bentuk-bentuk belajar experiensial (experiential learning).

c) Mengajar adalah membuat mahasiswa belajar
Teori berikut ini melihat bahwa mengajar dan belajar sebagai dua sisi yang tidak terpisahkan dari sebuah koin. Mengajar, mahasiswa, dan materi yang akan dipelajari terkait satu dengan yang lain oleh sebuah sistem atau kerangka. Mengajar dipahami sebagai sebuah proses kerjasama dengan mahasiswa untuk membantu mengubah pemahaman mereka. Dengan kata lain, mengajar adalah membantu mahasiswa belajar. Mengajar menyangkut upaya menemukan kesalah pahaman mahasiswa, mendorong perubahan, dan menciptakan situasi atau konteks belajar yang dapat mendorong mahasiswa agar secara aktif bergelut dengan materi perkuliahan. Teori ini sangat peduli dengan materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa dan hubungannya dengan bagaimana seharusnya materi tersebut diajarkan. Materi yang diajarkan dan masalah mahasiswa yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari materi tersebut menetukan metode pengajaran yang akan digunakan.

4. Belajar Aktif
Apa yang anda pikirkan ketika anda mendengar “belajar aktif”? Banyak orang berpikir bahwa belajar aktif adalah membuat peserta didik beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif. Salah satu indikator pentingnya belajar aktif adalah situasi kelas yang ramai bergemuruh, sementara guru lebih santai. Hal ini dapat dipahami karena kita telah lama mengenal istilah cara belajar siswa aktif (CBSA) yang kemudian sering disalahartikan.
Dari brainstorming diatas anda dapat menarik aspek-aspek penting yang membedakan antara belajar aktif dan belajar aktif. Dalam Quantum Learning, Bobbi de Porter menyimpulkan hakekat perbedaan belajar aktif dengan belajar pasif sebagai berikut :
Belajar Aktif vs Belajar Pasif
* Belajar apa saja dari setiap situasi
* Tidak dapat melihat adanya potensi belajar
* Menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntungan anda
* Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar
* Mengupayakan agar segalanya terlaksana
* Membiarkan segalanya terjadi
* Bersandar pada kehidupan
* Menarik diri dari kehidupan

Dalam Active Learning, 101 Strategies to Teach any Subject, Mel Silberman mengawalinya tulisannya dengan mengutip kata-kata bijak Konfusius, seorang filosof Cina yang hidup lebih dari 2400 tahun lalu :
“Apa yang saya dengar saya lupa”
“Apa yang saya lihat saya ingat”
“Apa yang saya kerjakan saya paham”
Ungkapan filosof itu dikembangkannya menjadi apa yang disebut dengan active learning crido :
“Apa yang saya dengar saya lupa”
“Apa yang saya dengar dan lihat ingat sedikit”
“Apa yang saya dengar, lihat, dan saya tanyakan, atau diskusikan saya mulai paham”
“Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan saya kerjakan, saya peroleh pengetahuan dan ketrampilan” Dan “Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai”.
Secara implisit Mel Silberman ingin menunjukkan bahwa belajar lebih bermakna dan bermanfaat apabila mahasiswa menggunakan semua alat indra, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu. Dengan mendengarkan saja, kita tidak dapat mengingat banyak dan akan mudah lupa.

5. Cara Kerja Otak
Menurut pandangan mutakhir tentang pengolahan informasi kognitif, otak manusia dianggap sebagai sebuah prosesor informasi yang sama dengan komputer. Ketika proses belajar terjadi, informasi adalah input dalam bentuk beberapa kemampuan yang dipelajari. Dari serta output dalam bentuk beberapa kemampuan yang dipelajari.
Ketika satu stimulus mendapatkan respons, terdapat proses mental yang rinci. Stimulus tersebut akan melalui rangkain transformasi sampai kemudian tersimpan secara permanen dalam ingatan. Untuk memahami pengolahan informasi secara kognitif, akan disajikan sebuah model pengolahan informasi, seperti ditunjukkan dalam skema model pengolahan informasi dalam ingatan. Dalam skema tersebut terdapat tiga komponen dasar dalam sistem memori, yaitu :
1. Gudang sensorik jangka pendek (short-term sensory storage)
2. Ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan bekerja (working memory)
3. ingatan jangka panjang (long-term memory)

Model Pengololaan Informasi Dalam Ingatan
Proses-proses internal







Pengulangan

Input Perhatian Disandi
Fisik

Diingat Kembali











??

??

??

??

- 1 -

Tidak ada komentar: